Rabu, 02 Juli 2008

KH Mustafa M Bong : Dai Muda Tionghoa Yang Bangga BerPPP

KH Mustafa M Bong
Dakwah Bagaikan Air


Apakah esensi dakwah? Menurut Ustadz Mustafa Muhammad Bong (37), dakwah itu
adalah menebar rahmat kepada sekalian manusia. ''Rahmat itu ibarat air.
Ketergantungan bumi dan seluruh makhluk terhadap air adalah mutlak. Semua
makhluk hidup memerlukan air. Maka, semua manusia memerlukan rahmat yang
merupakan esensi dakwah,'' ungkap Ustadz Mustafa Muhammad Bong dalam
perbincangan dengan di warung sate kambing depan Taman Makam
Pahlawan Kalibata, Jakarta, pekan silam.

Muballigh dan tokoh Muslim Tionghoa asal Bangka Belitung itu merupakan salah
satu di antara sedikit dai keturunan di Indonesia. Mustafa Bong mulai berdakwah
sejak tahun 1990. ''Saya fokus dakwah selama ini dari akar rumput, yaitu
ceramah-ceramah dan khutbah Jumat sejak 1990. Tapi saya lebih intens khutbah
Jumat,'' tutur pria yang selalu semangat kalau bicara soal dakwah Islam.

Dalam waktu hampir 20 tahun, Mustafa Bong telah keliling hampir seluruh
Indonesia. Fokus dakwahnya terutama pada masalah tauhid. Mengapa? ''Sebab
akidah adalah benteng sekaligus pembeda antara seorang Muslim dan kafir,''
papar Ketua Umum Yayasan Pendidikan Islam Nusanntara itu.

Pendiri Pembangunan Pesantren Tionghoa-Melayu Provinsi Bangka-Belitung itu
terdorong untuk berdakwah, sebab menurutnya, dakwah merupakan kewajiban setiap
Muslim. Tujuannya untuk memberikan arahan dan pencerahan kepada umat manusia
agar mereka kembali kepada ajaran yang ditetapkan oleh Allah SWT, yakni
digariskan dalam Alquran dan sunah Rasul.

''Kewajiban dakwah tidak hanya ditujukan kepada komunitas Muslim tertentu,
suku, atau etnis tertentu,'' katanya. Ia mengutip hadis Nabi, ''Sampaikanlah
olehmu apa yang kamu dapat dari aku, walaupun hanya satu ayat.''

Menurut lelaki yang saat ini tengah berusaha merampungkan pendidikan S-1 di
Universitas Bhayangkara itu, dewasa ini bangsa Indonesia sering ditimpa
musibah, karena kita tidak kembali ke Alquran dan sunah. ''Padahal Allah
memerintahkan kita agar senantiasa berusaha kembali ke Alquran dan sunah
Rasul,'' tandas lelaki yang secara garis keturunan masih terbilang keturunan
Bong Sui Ho (Raden Rahmat, salah satu wali penyebar Islam di masa lampau)

Sejak kecil, Mustafa Bong yang memiliki nama asli Bong Fui Hung, sudah dididik
dengan ajaran Islam. Lulus SMP, ia mondok berbagai pesantren di Banten dan
Bandung. Mungkin, Ustadz Mustafa Bong satu-satunya ustadz yang menolak amplop
pemberian jamaah. ''Sejak merintis dakwah tahun 1990 sampai saat ini, saya tak
pernah mau menerima amplop pemberian jamaah, dan saya berdoa kepada Allah,
semoga saya bisa tetap konsisten,'' tutur salah satu tokoh DPP Front Pembela
Islam (FPI) itu. Hal itu tidak mudah. Godaannya besar. ''Kalau satu hari saya
mengisi lima kali ceramah, dan tiap kali ceramah dapat amplop Rp 500 ribu, maka
jumlahnya paling sedikit Rp 2,5 juta. Ini jumlah yang menggiurkan,'' ungkapnya.

Lalu, bagaimana kiatnya untuk tetap setia pada komitmen tersebut? ''Agar bisa
tetap menolak amplop, saya harus mapan secara ekonomi. Karena itu, saya
mengembangkan usaha-usaha bisnis,'' kata komisaris utama PT Insan Makmur
Mandiri, yang bergerak di bidang usaha pertambangan emas di Bangka Belitung.

Mustafa Bong mengaku hidup ini terasa indah kalau kita senantiasa berusaha
dekat kepada Allah. ''Allah itu dekat dengan kita. Masalahnya kita dekat dengan
Allah atau tidak. Allah membuka pintu lima kali sehari, tapi kita tidak mau
masuk,'' tegasnya.

Mustafa Muhammad Bong
Nama asli: Bong Fui Hung
Tempat tanggal lahir: Bangka Belitung, 29 Mei 1971
Organisasi: DPP Front Pembela Islam (FPI) dan Ketua Umum Pendidikan Islam
Nusantara Rahmatan lil-alamin
Pendidikan: tengah menyelesaikan S1 di Fakultas Hukum Universitas Bhayangkara

DICARIIIIII : Caleg PPP Yang AMANAH


Warga PPP Memimpikan para Pemimpin Pemimpin PPP bisa Seperti dia.
AHMADINEJAD AHMADINEJAD BARU DARI INDONESIA.

[ARSIP] Mantan Kakandepag Kulonprogo DIY Gabung PPP

26/02/2008 05:32:03 KOKAP (KR) - Kendati pesta demokrasi Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif masih cukup lama yakni tahun 2009. Namun jajaran fungsionaris Dewan Pimpinan Cabang Partai Persatuan Pembangunan (DPC PPP) bersama sayap partainya, Gerakan Pemuda Kabah (GPK) terus merapatkan barisan sekaligus merangkul tokoh-tokoh masyarakat yang dinilai mampu membesarkan partai dan mendongkrak perolehan suara dalam Pemilu nanti.
Salah satu tokoh yang bergabung dengan partai berlambang Kabah tersebut adalah mantan Kepala Kantor Departemen Agama (Kakandepag) Kabupaten Kulonprogo Drs H Barjo. Mantan orang nomor satu di Kandepag Kulonprogo itu menyatakan diri memperkuat PPP tepat bersamaan dengan puncak peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-35 PPP yang ditandai dengan pengajian yang diisi oleh Drs H Barjo serta pemberian sembilan bahan pokok (Sembako) kepada masyarakat desa setempat yang kurang beruntung secara ekonomi di Kompleks Balai Desa Kalirejo Kecamatan Kokap, Minggu siang (24/2).
Bergabungnya Drs H Barjo ke PPP yang rencananya akan jadi salah satu calon legislative (Caleg) disambut positif Ketua Pimpinan Wilayah (DPW) PPP DIY H Syukri Fadholi SH dan jajaran pengurus DPC PPP Kulonprogo dengan menyerahkan baju kebesaran PPP berupa jas berwarna hijau kepada yang bersangkutan disaksikan Ketua dan Sekretaris DPC PPP Kulonprogo Saridi Adhi Mugiyanto dan Sumargono, anggota dan mantan anggota DPRD Kulonprogo dari PPP H Humam Turmudhi SH dan Sumargono serta Ketua GPK Cabang Kulonprogo Johan Arif Budiman.
Menanggapi keinginan H Barjo yang berniat menjadi Caleg dari PPP, Syukri Fadholi SH dan Humam Turmudhi menjelaskan, sebagai partai yang rahmatan lil alamin sudah sewajarnya PPP merangkul semua komponen bangsa termasuk tokoh masyarakat supaya PPP menjadi besar dan tetap solid dalam rangka memberikan manfaat bagi masyarakat khususnya rakyat kecil.
”Saya berharap dengan bergabungnya mantan Kakandepag Kabupaten Kulonprogo ini, beliau bisa menjadi pemersatu sekaligus tokoh panutan bagi kader dan konstituen serta masyarakat luas,” jelas mantan Wakil Walikota Yogyakarta ini.
Menyinggung masalah perolehan kursi di DPRD Kulonprogo, Syukri Fadholi menegaskan bahwa sesuai instruksi Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PPP, bahwa setiap kepengurusan ditingkat Kabupaten/Kota harus mampu meraih 15 persen suara.

TAK BISA KE LAIN HATI

LP2 DP PPP Perkuat Basis Di Pesantren Untuk Pemilu 2009

Sebagai pimpinan Ponpes katanya, KH Ading menerangkan sejak terlibat pada Parpol, belum pernah dirinya merasakan partai lain selain PPP. Bahkan ketika dia tengah berada di Madinah melakukan studi, seluruh mahasiwa disana mayorita memilih PPP.

“Sejak dari dulu KH Ading telah memilih PPP, dan berdasarkan pengakuan beliau sebanyak 90 persen mahasiswa di Madinah asal Indonesia memilih PPP. Jadi kami dari LP2 merasa perlu untuk terus melakukan silaturahmi dengan semua Ponpes,” katanya.

SERANG - Laznah Pemenangan Pemilu (LP2) Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Provinsi Banten tengah memperkuat basis PPP disemua pondok pesantren (Ponpes). Langkah ini dilakukan untuk memperkuat dan mempererat silaturahmi kader PPP dan tokoh masyarakat.

Sekretaris LP2 DPW Banten, Sulton Mufit, Sabtu (17/5/2008), silaturahmi dengan seluruh Ponpes akan dilakukan secara merata di 3 kota dan 4 kabupaten. “Minggu kemarin kita melakukan silaturahmi dengan beberapa Ponpes seperti Mathlaul Anwar di Kecamatan Malingping pimpinan KH Ading dan Darul Kutub di Kecamatan Bayah pimpinan KH Haelani. Rencana hari ini (kemarin,red) kita melakukan kunjungan ke beberapa Ponpes di Kabupaten Pandeglang,� katanya.

LP2 DPW Banten ini katanya, memiliki 50 anggota dengan di Ketuai oleh H Madsani, Wakil Ketua Fauna Sukma dan Ayu Uke Octora dan Bendahara Tati Hartati.”Sejauh ini silaturahmni kami di respon cukup antusius oleh Ponpes-ponpes , sebagai contoh saat melakukan ke Ponpes Mathlaul Anwar,” jelasnya.

“Dalam UU Nomor 10 tahun 2008 tentang Pemilu Legisltaif, aturan mulai kampanye sampai dengan saksi-saksi dan kisaran biaya bantuan untuk perorangan sampai dari kelompok sudah sangat jelas disebutkan, karenanya pelatihan kader sangat penting,” tegas dia.

Sumbangan untuk biaya kampanye masih menurut Sulton, dalam ketentuan disebutkan, perseorangan maksimal memberikan sumbangan ke partai paling banyak sebesar Rp 1 miliar, sementara sumbangan dari kelompok maksimal Rp5 miliar